Iseng kan? Kepikiran banget
sih.... mana jam-jam segini para Bunda juga banyak yang berkutat dengan seragam
nasional ini. Gimana tidak coba, namanya daster bikin kepincut wanita mana pun
di Indonesia. Jangan kan Emak Istri kita, Bule-Bule yang saban hari lewat TBM
Rumah Asa saja pake. Daster bahannya adem, potongannya longgar, ringkas di
pake, motifnya cakep, homy banget dan percayalah mampu di rogoh kocek-kocek Ibu
Rumah Tangga :D :D :D
Buat nambahin vocabulary dan sedikit penasaran ane browsing asal muasal kata daster, iyyyyaaa
pakaian cewek yang gak mungkin dipakai buat pesta kecuali si empunya acara
emang lagi pengen dress code gaya daster hehehe... siapa tahu kan? Ternyata
daster itu asalnya dari Barat. Coba aja cari kata “duster” di kamus,
nanti bakal dapet artinya “semacam baju luar yang dipakai dirumah”. Baju yang
ga mungkin dipake mejeng di mall, apalagi kondangan hahahaha. Tapi emang
ampuhnya orang Indonesia, daster sekarang keren-keren. Ada yang semi gamis
sehingga tetep bisa buat pengajian, arisan dan antre ke dokter.
Nah, sampai-sampai saya
berpikir tak ada yang menandingi ketenaran daster? Asli mesti paling
populer di Indonesia. bahkan yang merasa dirinya high class women, socialite,
pesohor, selebritis—atau apa saja asal itu merujuk pada perempuan kalangan atas
yakin deh punya daster di lemarinya. Tentu saja daster mereka tak apek pun tak
bolong di sana-sani. Pasti wangi. Terbuat dari kain kerap yang seratnya tak
gampang tercerabut dan berserabut layaknya daster murah bin meriah made in
pasar Klewer, Kapasan maupun Beringharjo.
![]() |
Koleksi FB Asakura Rumah Asa |
Daster mereka mungkin lebih mirip kimononya perempuan Jepang. Tak jarang kimono-daster itu mereka pesan khusus dari perancang beken langganan mereka. Yang limited edition, alias edisi khusus dan terbatas. Maksudnya: dibuat satu, tak ada kembaran model dan motif bahan kainnya. Meski hanya dikenakan ketika akan tidur, kimono daster mereka tak bakal ada yang menyamai. Bagi perempuan-perempuan kelas atas seperti mereka, jangankan untuk ke kantor, hang out dan plesir ke negara manca, pergi ke alam mimpi saja harus ada dress code nya. Bukan asal berpakaian ataupun berpenampilan. Tak jarang mereka rela berburu kain-kain mahal hingga ke pusat-pusat mode dunia seperti Milan di Italia, Prancis dan Amerika Serikat. Keluar masuk butik-butik mahal, demi memuaskan keinginan beroleh selembar kain yang bakal menemani mereka travelling ke alam mimpi. Bukankah tidur nyenyak van pulas juga menentukan kualitas tidur mereka? Bukankah kualitas tidur juga alat takar yang pas untuk melihat betapa bahagia dan sentosa hidup mereka? Bisa tidur pulas itu kenikmatan, Bisa mimpi asyik hingga tersenyum dalam tidur juga barang mahal, Tidur hingga meneteskan liur di bantal adalah kenikmatan tak terperi. Demikian dalih nyonya-nyonya, nona-nona, ibu-ibu dan oma-oma yang sentosa secara materi.
![]() |
Koleksi FB Asakura Rumah Asa |
Coba bayangkan, tak sedikit dari mereka yang terkena sindrom tak bisa merem nyaman alias insomnia, alias susah tidur. Kalau sudah begitu, dokter-dokter dan rumah sakit bertaraf internasional menjadi incaran mereka. Tak berhitung berapa rupiah ataupun dollar Singapura—kalau mereka terbiasa berobat ke negeri tetangga itu yang keluar dari dompet, eh ATM mereka. Terpenting adalah bisa tidur pulas hingga ngiler. Nah sekarang siapa bilang jadi perempuan sentosa itu mudah mendapatkan segala-galanya?Tidur saja mereka harus beli, jeng. Jadi gak ada gunanya kan memelihara iri dan dengki kepada mereka? Bisa jadi bisnis yang mereka jalankan dan profesi yang mereka lakukan membuat mereka gampang tergampar stress. La kalau stress, mereka jadi susah tidur. Kalau susah tidur, tentu tak baik untuk performance mereka. Apalagi yang profesinya harus selalu bertemu dengan klien dan orang banyak. Ujung-ujungnya, mereka juga wajib berburu dokter dan klinik kecantikan!. La iya to, mereka kan harus mendempul kisut-kerut di muka yang mulus akibat kelelahan tak mampu memejamkan mata dengan nikmat. Harus bolak-balik klinik untuk suntik Botox (botolinum toxin) atau bahkanoperasi menghilangkan kantung mata, diikuti dengan perawatan pasca operasi yang mengharuskan membeli botol-botol berisi ramuan ajaib nan mahal yang mampu menghadang kedatangan kerut di seputar mata. Walah, ribet ya jeng?
![]() |
Koleksi FB Asakura Rumah Asa |
Nah kembali ke daster lagi. Jadi, jangan heran, iri,dengki, maupun sakit hati kalau mereka yang dia atas tak mau pakai daster murah buatan konfeksi dalam negeri yang kodian itu. Mereka harus terus menjaga image penampilan bagus mereka di dalam maupun di luar rumah. Dan itu tak mereka temukan di daster-daster yang dijual di pasar-pasar tradisional. Artinya lagi, daster-daster itu tak mewakili kepribadian mereka sebagai perempuan yang sadar fashion. La kalau sudah dipakai orang banyak, apa bedanya daster saya dengan daster orang kebanyakan? Memangnya seragam apa, kok dipakai orang banyak? Sekali lagi, jangan salah sangka, mereka hanya ingin apa yang mereka kenakan tak dikenakan orang lain. Kalau sama, apa bedanya saya dengan orang kebanyakan? Begitu kira-kira yang terlintas di kepala mereka, jeng.
Selengkapnya bisa juga meluncur ke cerita Budhe Ari Ambarwati
WA 081328621613
PIN 512a725d
....
....
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusThanks Mas Fatih
HapusThanks Mas Fatih
Hapus